MATÉRI PANGAJARAN BASA SUNDA,  MATÉRI WAWACAN BASA SUNDA

MATÉRI WAWACAN BASA SUNDA SMA KELAS 11

MATÉRI WAWACAN BASA SUNDA SMA KELAS 11

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA JENJANG SMA/SMK/MA/MAK

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)  
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.  
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)  
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif, dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan.  

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), pada pembelajaran kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut.

Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis isi, struktur, serta aspek kebahasaan petikan cerita wawacan.
4.8 Mentransformasikan cerita wawacan ke dalam prosa atau mengkreasikan ke dalam bentuk pertunjukan (seperti beluk, jemblungan, dramatisasi).
Materi Pembelajaran
• Fungsi Sosial:
Nilai moral dan pendidikan yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

• Struktur teks:
-Struktur wawacan.
-Bentuk wawacan (prosa, dramatisasi).

• Aspek Kebahasaan:
-Istilah khusus yang ditemukan di dalam teks.
-Parafrase wawacan sesuai dengan ejaan yang tepat.

• Topik
Wawacan yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat dalam KI.
Kegiatan Pembelajaran
-Membaca dan mengidentifikasi bentuk carita buhun wawacan sebagai warisan budaya Sunda.
-Memahami isi wawacan yang disimak baik dari segi isi maupun unsur kebahasaan.
-Menemukan dan mengumpulkan istilah-istilah khusus yang terdapat dalam teks wawacan.
-Menggali informasi dan membandingkan bentuk carita buhun (dongéng, carita pantun, wawacan, carita naskah jeung guguritan).
-Menyusun petikan téks wawacan dengan cara memparafrase teks ke dalam bentuk prosa atau dramatisasi.
-Menyajikan petikan teks wawacan hasil kreasi siswa dalam bentuk pertunjukan (seperti beluk, jemblungan, dramatisasi).
-Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.

MATÉRI WAWACAN BASA SUNDA SMA KELAS 11

BUKU SUMBER:
BUKU RANCAGÉ DIAJAR BASA SUNDA
BUKU PANGGELAR BASA SUNDA
BUKU PAMEKAR DIAJAR BASA SUNDA
BUKU SIMPAY BASA SUNDA
MODUL PANGAJARAN BASA SUNDA
MODUL PPG BASA SUNDA

KUMPULAN MATÉRI WAWACAN BASA SUNDA LENGKAP
https://bahasasunda.id/category/materi-pembelajaran/materi-wawacan-sunda/

KUMPULAN CONTO WAWACAN BASA SUNDA LENGKAP
https://bahasasunda.id/category/wawcan-sunda/


KUMPULAN SOAL WAWACAN BASA SUNDA LENGKAP
https://bahasasunda.id/category/kumpulan-soal-basa-sunda/




Rr
Mungkin pernah dengar, cerita ke pak tua, ada cerita yang ramai, cerita pantun datang, cerita asli dari R, cerita Lutung Kasarung, ini dia.

Tersebar satu waktu, tempatnya di hutan belantara, para bujangan semua bertunangan, para pohaci harempak, dan seorang ksatria, putra mendiang Sunan Ambu, yang bernama Guru Minda.

Guru Minda suatu malam, bermimpi bertemu gadis cantik, tidak ada yang melihat,

Kehadirannya di alam, negeri Pasir Batang, dia bersikeras untuk turun, mencari ke Pasir Batang.

Ibu dewi, tetapi harus mengubah wajahnya, Guru Minda terlambat, mengubah wajahnya menjadi binatang, hitam berekor, yang disebut Lutung Kasarung, baru saja turun ke bumi.
KINANTI
Nah yang belum pasti, ada negeri yang mukti yaitu teh Pasir Batang, terkenal dengan go-joint, para biksu telah bertapa palay, mencari pengganti

Anak laki-lakinya tujuh orang, semua istri tampan, keturunan Purbararang, Kancana dan Purba Manik, Dewa dan Purba Endah, Purbaleuwih, Purbasari.

Dari ketujuh putri tersebut, Purbasari terpilih, berkelakuan baik, fasih berbahasa bangsawan,

Saya mengintip benih, Purbararang marah galih.
Lain halnya, mikangéwa Purbasari, kecuali ada satu, yaitu putri Purbaleuwih, ke Purbasari mihéman, rekan mengikuti untuk menyakiti.

Sebelum meninggalkan raja tua, nasi itu sendiri memakan dagingnya, ke Lengser dan kemudian bertanya, agar Aki Panyumpit, cepat berburu binatang, apa pun yang ditemukannya.

Ari segu baru ketemu monyetnya, tapi pas mau dicekik, monyetnya bisa bilang, “eh Aki gak mau bunuh, mending saya bawa, dukung Kangjeng Gusti,”

Kera itu kemudian kesurupan, bekerja mengintip candi, ke Purbararang saya melarikan diri, ke yang lain juga sama, kecuali ke dua, Purbaleuwih Purbasari.

Purbararang menenun, mereka tercerai-berai, saya putri yang sangat marah, Si Lutung terus bertapa, dia sangat mirip dengan Purbasari.

Setelah mengangkat raja tua, aksesi Purbasari, tetapi menangkap rekannya, Purbasani diusir, Si Lutung ditemani, dibawa ke hutan semak.

Di hutan kedua kera, dinaungi oleh daun Eurih, Purbasari sengsara, sering menangis, oleh kera disewa, gatal untuk melepaskan sang putri.
Tugas 1

Mengapa para bujangan dan pohaci berkumpul dalam keputusasaan?

Apa soal hari yang diimpikan oleh Guru Minda?

Siapa yang memerintah Guru Minda untuk meniru wajah sebagai Lutung Kasarung?

Apa alasan Raja Pasir Batang berniat mencari suksesi untuk melanjutkan kerajaan?

Siapa putra Raja Batang Pasir?

Siapa di antara anak-anak Raja Pasir Batang yang lebih berbudi luhur parangin

Apa alasan Purbararang dan yang lainnya marah dan lari ke Purbasari?

Ada yang membela Purbasari, siapa namanya?

Siapa yang didorong oleh Raja Batang Pasir untuk berburu di hutan?

Apa alasan Purbasari diusir oleh Purbararang?
penyumbang
Asmarandana, nama salah satu kanopi kelompok sekar besar. Termasuk dalam pupuh sekar besar lainnya adalah dangdanggula, kinanti, dan sinom. Setiap perawat memiliki kebiasaan, guru lagu dan guru nomor.

Asmarandana adalah tongkat yang karakternya mencerminkan perasaan cinta, asmara, kehadiran, kasih sayang, atau cinta. Jumlah guru dan guru laguna: 8-i, 8-a, 8-é/o, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a. Dangdanggula, karakternya mewakili kedamaian, kekuatan, kebesaran, dan kegembiraan. Guru nomor dan guru laguna: 10-i, 10-a, 8-é/o, 7-u, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a. Dengan kata lain, karakter mewakili kesal up-to-date, tatap muka, atau dicintai. Jumlah guru dan guru laguna: 8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i. Sinom, karakter mewakili kegembiraan atau kehadiran. Guru bilangan dan guru laguna: 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, 12-a

Selain pupuh sekar besar ada yang termasuk dalam pupuh sekar kecil yaitu balakbak, durma, gambuh, gurisa, jurudemung, ladrang, lambang, magatru, maskumambang, mijil, pucung, wirangrong.

Balakbak, karakter Merupakan lelucon, lelucon atau lelucon. Guru Nomor dan Guru Laguna: 15, 15, 15. Tidur, temperamen mewakili kemarahan, hati yang besar (besar hati), atau semangat. Jumlah guru dan guru laguna: 12-a, 7-i, 6-a, 7-a, 8-i, 5-a, 7-I. Tumbuh dewasa, temperamennya mewakili kesedihan, kesedihan, kesulitan, kesulitan, atau sakit hati. Jumlah guru dan guru laguna: 7-u, 10-u, 12-i, 8-u, 8-o. Gurisa, karakternya mewakili mereka yang sedang bermimpi atau mengembara. Jumlah guru dan guru laguna: 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a. Perawat, karakternya mencerminkan rasa bingung, tidak malas berbuat (do). Jumlah guru dan guru laguna: 8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i. Ladrang, karakternya mewakili lelucon, lelucon, dan sindiran. Guru nomor dan guru laguna: 10-i, 4-a (2x), 8-i, 12-a. Simbol, karakter mewakili lelucon (lelucon) tetapi mengandung sesuatu yang harus dihindari. Guru nomor dan guru laguna: 8-a, 8-a, 8-a, 8-a. Magatru, temperamennya mewakili perasaan sedih, tidak bahagia (tidak nyaman) oleh tindakannya sendiri, atau menahan diri. Jumlah guru dan guru laguna: 12-u, 8-i, 8-u, 8-i, 8-o. Maskumambang, karakternya melayang

merasakan kesedihan (penderitaan), sakit hati. Jumlah guru dan guru laguna: 12-i, 6-a, 8-i, 8a. Mijil, karakternya mencerminkan rasa sedih (penderitaan) tetapi disertai harapan. Guru nomor dan guru laguna: 10-i, 6-o, 10-é, 10-i, 6-i, 6-u. Pangkur, temperamennya mencerminkan rasa marah karena menghadapi tugas yang berat.Guru nomor dan guru laguna: 8-a, 11-i, 8-u, 7-a, 12-u, 8-a, 8-i. Pucung, temperamennya mencerminkan rasa marah terhadap dirinya sendiri, karena perselisihan. Guru nomor dan guru laguna: 12-u, 6-a, 8-é/o, 12-a. Malu, karakternya mencerminkan rasa malu (shame), malu dengan tindakannya sendiri. Guru nomor dan guru laguna: 8-i, 8-o, 8-u, 8-i, 8-a, 8-a
Tugas 2

Bisakah Anda menuliskan apa saja kebiasaan pupuh asmandana dan pupuh sinom?

Masukkan guru lagu dan nomor guru mijil pupuh dan wirangrong pupuh?

Tulis kembali kisah cinta dalam pidato “Lutung Kasarung”!

Apa sajakah penggalan-penggalan pidato Lutung Kasarung yang ditulis dengan warna hitam?

Adakah payudara yang nomor delapan?
B. Deskripsi Kuliah
Pada bagian awal dinyatakan bahwa pidato adalah sebuah cerita yang berjalan jauh dan ditulis dengan menggunakan standar kanonik. Setiap pergantian episode biasanya dalam pidato saya selalu dibarengi dengan pergantian kantin. Pupuh yang hampir selalu digunakan dalam pidato adalah asmarandana, dangdanggula, kinanti, sinom. Bacaan biasanya diiringi atau dinyanyikan sesuai dengan jenis lagunya. Kalau ceritanya berdasarkan kriteria pupuh asmarandana, pasti sambil menjaring pupuh asmarandana, begitu seterusnya. Kalau tidak sambil menemani saya akan sulit memahami, karena skill mengejar guru lagu dan guru angka.
Karya sastra membentuk wacana sastra Jawa yang berpengaruh, yang masuk ke zaman kita diperintah oleh Mataram, sekitar abad ke-17.
1) Struktur Kuliah
Jika kita membaca teks karya perkuliahan dari awal sampai akhir perkuliahan kita akan menemukan strukturnya dengan utuh. Struktur pidato terdiri dari: (1) karya sastra yang kadang disebut juga alofon, adalah isi doa dan pujian syukur dari yang menulis pidato kepada Yang Maha Kuasa dan berdoa kepada Rasul; (2) isi, yaitu alur cerita dari awal sampai akhir; (3) Bagian sampul selalu disebut juga kolofon, isi tulisan tanggal wawcan.

Contoh karya sastra dan tanda titik koma, seperti berikut ini
alofon:
Puji cintaku,
oleh Gusti Ajawajala,
yang murah untuk semua makhluk,
dan memuji utusannya,
Kangjeng Nabi Muhammad,
adalah nabi penutup,
dan memuji teman-temannya
(dari Wawacan Rengganis)
Tanda penerbit:
Akhirnya aku menulis
pada pukul tujuh Kamis malam
pada tanggal tujuh belas,
kebenaran April,
tahun Masehi,
seribu delapan ratus,
dan enam puluh dua,
dengan hijrah Nabi,
seribu dua ratus tujuh puluh delapan
(dari Ceramah Bendera Elang)
2) Seni Membaca Ceramah
(a) Beluk
Seni membaca pidato kadang disebut juga dengan outline atau garis besar. Lagu yang disebut torso lebih fokus pada atraksi dan suara pelan. Saat ini sudah jarang seni alam terbuka. Dulu, Art Outdoors selalu dimainkan pada acara pesta bayi, khitanan, pernikahan, pemakaman, dan pesta panen raya. Jika di Majalengka, seni membaca pidato selalu disebut Seni Gaok. Bisa jadi penggunaan kedua istilah tersebut disesuaikan dengan ciri-ciri kesenian tersebut. Kata gaok dari gagaokan (berteriak). Suara dalam karya seni saya secara normal (panjangnya menarik). Kekurangan dari kata menghindar-karena berteriak sambil menghindari leher.

Jika ingin tahu lebih banyak misalnya di youtube. Segera saksikan pentas seni dari Sumedang yang beralamat https://www.youtube.senibeluk.
(b) Jemblungan
Jemblungan asal kata jemblung adalah sebuah bentuk kesenian tradisional di Tatar khususnya di daerah Kabupaten Ciamis yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah. Tatabeuhanana terbuat dari bambu yang suaranya menirukan suara gamelan, bahkan nama waditrana juga sama dengan nama gamelan waditra.
Ciri khas seni yang mandiri adalah adanya unsur dalang, karena urutan cerita meliputi penggambaran suasana dan tempat terjadinya peristiwa. Cara penyajian seni tutur tidak berbeda dengan membacakan pidato (ludah), dapat memberikan penghargaan (ada lelucon), tetapi juga dapat berbicara langsung kepada orangnya. Karena cara sambil berlutut tidak berbeda dengan membaca pidato, yang saya lakukan untuk menunjukkan kebiasaan pelaku cukup dengan gerakan tubuh dan perumpamaan saja, tidak harus sambil berdiri atau berjalan.
Tugas 3

Jelaskan apa perbedaan antara out dan pelakunya?

Apa fitur utama dari cerita wawancara?

Jelaskan perbedaan alofon dan kolofon dalam teks pidato?
3) Mengubah Pidato menjadi Drama Prosa dan Teks
Kegiatan mengubah satu bentuk karya sastra menjadi bentuk karya sastra yang lain disebut transformasi. Misalnya, karya bentuk puisi diubah menjadi bentuk prosa atau sebaliknya, tanpa mempengaruhi isinya. Jadi perubahan itu hanyalah sebuah bentuk. Siapa yang akan tergerak untuk hidup dalam pelajaran ini adalah pa

transformasi bentuk tuturan (puisi) menjadi bentuk prosa dan drama.
(a) Mengubah Pidato menjadi Prosa
Langsung saja ikuti contoh di bawah ini penggalan cerita Ceramah “Panji Wulung” yang ditulis dalam standar kanonik diubah menjadi teks prosa

Bentuk Pupuh (Kutipan dari “Wawacan Panji Wulung”)
Rr
Teriakan Nyi Tunjungsari, oleh karena raja tidak ada, telah menghentikannya, tentu saja menolak dosa, dan lumbrah manusia, di mana pencuri mengaku, harus menolak dosa.
Demikian pula Panolih, tangisannya percuma, catur terserah padanya, ke pakuwon kapatihan, Ki Patih lebih susah, dari dulu, ke thea Nyi Tunjung.
Oleh Ki Patih perlu, bahwa ia diseret oleh Maruna, bahkan jika guru akan berbohong, oleh Ki Patih terlihat, ia telah mendapat dongdonan, yang sangat berharga untuk mengajar, disewa oleh Putri.
Tanjungsari dan Panolih, dibawa ke pelemburan, ditemukan telah dipotong, ki patih susah manahna, terbukti raja, hulanghuleng juntal-jentul, akhirnya los ke penjara.
Tiba-tiba ditemukan mayat, orang sakit menyentuh doa, telinga orang dipotong, diduga raja, raja mencintai hati, tidak ada banyak kecemburuan, itu telinga yang lain.
Lain telinga Tunjungsari, untuk adipati yang lebih percaya, undangan sudah berakhir, kedua maruna hilang, catur adipati, aksi tameng, sembunyikan nyi Tunjung thea.
Dan berbekal uang, rezeki, penghindaran nafsu sang raja, kecil kemungkinannya untuk dimangsa, nyi Tunjungsari babar, anak seorang kekasih yang halus, mendiang ayahnya.
Pada nimang siligenti, istri ki patih reujeu, seperti anaknya saja, hanteu asa hanteu seperti, kemudian bernama, Raden Panji Wulung, dikabarkan kuno.
Ki patih lebih sayang, dan kurang hanteu, murangkalih murangkalih teh, kajayaan kabedasan, dan kapaliasan, ilmu-ilmu tidak kalarung, basa-basa dan karasa.
beliung
Seja mencoba mengembara, menghitung waktu lembur untuk mencari jumlah kori, tidak terburu-buru, kembali Paman semua, dari mana yang ketiga tampaknya bergegas, jawab kepala perampok, menyebut nama Jayapati.
Mereka baru saja dirampok, tujuh orang modar tidak bersenjata, tujuh mayat ditumpuk, kembali sekarang, jika Anda masih ingin hidup, datang ke sini tidak berharga, dengan cara tidak akan dibantai.
Rahadén Panji berkata, sambil tersenyum Paman bingung juga, kematian seseorang terganggu, maka caralik dulu, ini adalah cabang malang tolong panggul, jika panggul oleh paman, saya menyembah diikuti.
Dan mari kita hadapi itu, tetapi jika oleh paman tidak kaindit, oleh saya mungkin bahu, itu pertanda, jadi untuk mengalahkan siapa pun yang tidak kuat bahu, membungkuk ke kepala perampok, dia pikir itu cukup risi.
Pahami dahan yang malang, besar tentu tak akan kaindit, memaksamu mematuk berdiri, dahan lalu bahu, tak letih datang menumpahkan, tak beranjak, tersenyum menenggelamkan Raden Panji.
Ki Jayapati ditendang, kamu juga nggak ya kaindit, kalau lihat kajungjung, kita semua bakti, mau ikutan ke mana dijugjug, berdiri baju Raden Panji, cabang kaindit pinggul.
Wantuning sudah berkebun, mengajar menanggung timah dan besi, cabang dijugjug pinggul, perampok ketiga, pada ibadah sujud di telapak kaki, sedangkan pada taubat, pihaturna seja diikuti.
Ki Janggala Ki Janggali, guling yang melegakan hati, membasuh tangannya dengan tergesa-gesa, setelah bertengkar, ia langsung menentang pemilik penggembala, putra adipati Sokadana, yang harus berguling.
Nyaur raden Panji Putra, jangan jadi kamu lihat suwaban juga, bukan orang baik yang pencukur, pemeran coba, Ki Janggala Ki Janggali nyanyikan kembali, bagaimana da pokoknya, kalahkan Ki Jayapati.
Kalau kalah usul, tentu saya ikut kaboyong lagi, los dijual ke orang melayu, tentu saja sebagai dagangan, Raden Panji nyaur bangun sepertinya lucu, hai Jayapati sekarang, paman punya taluk kepada kami.
Kuma mau paman, jawab Jayapati sepertinya takut, biar badanya utuh, semua bertapa, semua ikut kemana dijugjug, nyarung Raden Panji Putra, untungnya paman semua ikut.
Kinanti
Laju aksi Panji Wulung yang didampingi Jayapati, Ki Janggali Ki Janggala, dan temannya Jayapati, bernama Ki Kebo Manggala, Kebo Rarangin kelima.
Menuruni gunung ke atas gunung, mendorong lembah ke pasir, melewati lumpur, sepetak badak dan sapi, jauh untuk dipanggang, datang membasahi pantai.
Raden sedang menunggu perahu, sepupunya di punggung bukit, memakan daun-daunan, daun teratai dan badori, untuk menyembuhkan kekesalannya, kata Ajar sebelumnya.
Raden Panji Wulung menjawab, saya ingat pernah berkata tadi, paman saya menceritakan, tindakan mengajar yang telah, bahasa yang diajarkan, kepada Sokadana oleh Tuhan.
Untuk ratu selir norah, yang dituduh pajar julig, selir siapa namanya, dan siapa lawan julignya, Jayapati menjawab, ya kamu tahu saya.
Eukeur caturing menceritakan, bernama Nyi Tunjungsari, asal Balangbangan, orang itu Panolih, katanya dibunuh, dan bahkan Panolih.
Yang terbaca di atas adalah cerita dalam bentuk kanon, dan hanya sisa-sisanya saja. Ini di bawah ringkasan saya. Kegiatan meringkas cerita dapat dilakukan jika kita telah selesai membaca sebuah cerita sagem

blengna. Meringkas teks pidato tidak boleh ditulis dalam bentuk kanon lagi, tetapi cukup dalam bentuk lancar saja. Yang harus dicantumkan dalam menulis ringkasan adalah nama tokoh, latar tempat dan waktu, serta alur cerita. Di luar itu, yang tertulis dalam ringkasan biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting saja.

Segera perhatikan contoh yang diilustrasikan di bawah ini.

Bentuk Prosa
(Ringkasan Cerita Ceramah Panji Wulung)
Karya R.H. Muhammad Musa |

Termasuk adalah negara Sokadana, yang terkenal dengan kelimpahan beras ketan dan ketonnya yang melimpah, dunia yang kaya tanpa kekurangan, dan keramahan yang adil dan sabar yang murah hati. Nama raja Dewakéswari. Ia sangat menyayangi Tunjungsari yang sedang hamil, seorang selir yang berasal dari Balangbangan.
Dalam hal itu, sang putri lebih banyak ijidna kepada selirnya, dan bersekongkol dengan Ajar Guna Wisésa untuk mengusir Tunjungsari dari istana. Ajarkan memberitahu Raja bahwa selir sudah menghasilkan uang dengan salah satu pelayan bernama Panolih. Raja yang malas itu marah dan memerintahkan agar Tunjungsari dan Panolih dihukum mati. Ia meminta Patih Lembu Jayeng Pati menjelaskan Tunjungsari. Namun sang adipati tak segan-segan menjelaskan Tunjungsari. Alih-alih membunuhku, Tunjungsari dikalahkan dan kemudian dibubarkan hingga lembur, dan memerintahkan Panolih untuk pergi jauh dari daerah Sokadana. Duke kembali ke negara itu sambil membawa daun telinga yang dipotong olehnya dari mayat seorang tahanan yang dipenjara untuk barang bukti. Raja percaya bahwa itu adalah telinga Tunjungsari dan percaya bahwa istrinya telah terbunuh.

Tunjungsari melahirkan seorang anak laki-laki bernama Panji Wulung. Raja tidak mengingatnya, tetapi adipati sangat baik kepada putra raja. Setelah dewasa anak-anak dididik tentang kekuatan dengan mengangkat timah dan besi yang setiap hari bertambah berat. Selain itu belajar kesusilaan dan keberanian, serta tidak percaya pada kesaktian Ajar atau kepada hal-hal yang tidak masuk akal. Pada usia 14 tahun, Panji Wulung diperintahkan untuk bepergian bersama dua orang sahabatnya yang bernama Janggala dan Janggali.

Dalam perjalanannya Panji Wulung dapat mengalahkan binatang buas dan perampok. Dari sana Panji Wulung mencari Ajar Guna Wisésa. Apa pun yang diajarkan Guna Wisésa oleh Panji Wulung dianggap bohong. Ketika diperintahkan untuk membuktikan kesaktiannya, ajari Guna Wisésa untuk kehilangan kesabaran dan melempar Panji Wulung dengan batu. Panji Wulung merasa terhina dan dipukuli sampai mati.

Panji Wulung dan kawan-kawan pergi melaut mencari kapal untuk berwisata. Dalam perjalanan Janggala dan Janggali menyampaikan rahasia siapa saja Panji Wulung. Panji Wulung menemukan kapal dari Patani yang ingin berlayar ke Keling. Di kapal ia makan bersama Daeng Bramani dari Bugis hingga wafatnya, bahkan sempat setahun bersama di Patani.

Dari sana Panjiwulung, Bramani, Janggala, dan Janggali berlayar ke Cempa dan menetap sementara bertani di tempat itu ditinggalkan. Setahun kemudian, Panji Wulung pergi ke hutan bersama tiga temannya. Bukan oleh hantu di hutan mereka makan dengan berbagai orang miskin menunggang gajah sambil menculik putri. Panji Wulung menyelamatkan sang putri dan menjelaskan penculikan itu. Putri itu menjelaskan asal usulnya. Bukan, dia adalah putri Nagara Cempa, bernama Andayaningrat yang diculik oleh Mantri Panglima, penjaga gajah ayahnya. Ketika sang ayah tidak ada di istana karena hutan ke hutan, kondisi Bangali adalah makar kepada raja saat menculik sang putri.

Panji Wulung dan Andayaningrat saling mencintai. Mereka kemudian beralih ke lembur. Petani itu dalam lembur menyampaikan kabar bahwa raja telah mengumumkan bahwa siapa pun yang dapat menemukan putrinya dan mengembalikannya ke istana akan menerima hadiah setengah dari wilayah negara bagian Cempa. Meski sang petani menyarankan agar sang putri cepat kembali ke keraton, namun Panji Wulung bingbang.

Termasuk di negeri Cempa, rajanya sangat sulit. Karena begitu jol Andakasura dan mengaku telah membunuh Komandan Perawat dan gajahnya, selalu saja dia hanya menemukan mayatnya di hutan. Putri saya mengatakan dia belum ditemukan. Ari Panji Wulung masih tega mengembalikan sang putri ke keraton. Dia menulis surat kepada raja Cempa yang dijanjikan oleh Bramani, menjelaskan bahwa sang putri telah selamat. Raja yang malas sangat bersemangat. Ia siap mendiami Panji Wulung dan putrinya. Ari Andakasura kemudian dipenjara karena kedapatan berbohong.

Segera Anda ingin menyelesaikan putri sampai kematian Panji Wulung. Patih Cempa menyampaikan surat dari raja kepada Panji Wulung. Rombongan dari Cempa kemudian diantar kembali ke kerajaan sambil mengantar Panji Wulung dan putri Andayaningrat. Sanepina ke kerajaan putri diperkenalkan lagi dan sepenuhnya. Panji Wulung diangkat menjadi pangeran dan diberi gelar Dewa Kusumah. Jadi lagi-lagi Bramani diberi gelar Urawan. Ketika raja ingin menjatuhkan hukuman mati kepada Andakasura ia dihentikan oleh Panji Wulung dan meminta Andakasura untuk dibebaskan.
Andakasura melarikan diri dari Cempa dan tiba di Kerajaan Gilingwesi. Raja Gilingwesi memanas untuk menyerang negara Cempa untuk menangkap dan menikahi putri cantik yang terkenal Andayaningrat kawa

anti-wanti. Ketika Patih Gilingwesi menolak untuk membuat raja tidak memuaskan nafsu makannya dan dengan tegas membatalkan penggulingan negara Cempa, adipati itu dibunuh oleh raja. Pasukan Gilingwesi pergi dan berhasil merebut pelabuhan.

Raja Cempa mengirim Panji Wulung untuk menghadapi pasukan Gilingwesi. Panji Wulung bangkit dari kerajaan dan pasukannya sambil disambut oleh Andayaningrat yang khawatir. Pertempuran ekstrim antara pasukan Gilingwesi dan pasukan Panji Wulung terjadi di pantai. Dalam pertempuran itu, salah satu prajurit Gilingwesi menyatakan keinginannya yang kuat untuk membalas kematian raja Gilingwesi yang telah membunuh pamannya, Patih Gilingwesi, untuk kembali melawan pasukan dari negaranya sendiri. Perang akhirnya berakhir dengan keunggulan Panji Wulung. Sisa pasukan Gilingwesi digiring ke keraton Cempa.

Panji Wulung menyarankan kepada raja Cempa agar ada di antara prajurit Gilingwesi yang memberontak melawan raja, dan mengusulkan agar Sudarma diangkat menjadi raja Gilingwesi. Tetapi raja menjawab bahwa Lebih Baik Sudarma bernama Patih Cempa orang, dan bernama Bramani sebagai raja Gilingwesi. Malamnya diadakan pesta dan Panji Wulung dan Andayaningrat tidak suka sosonoan hati. Keesokan harinya Sudarma dilatih sebagai Patih Gilingwesi dan diberi gelar Suraludira. Dari sana Suraludira mempelajari ilmu-ilmu kenegaraan, dan setelah dirasa cukup ia kembali ke Gilingwesi.

Negeri cempa lebih maju. Para petani dan istri-istri mereka yang pernah ditinggali Panji Wulung diundang ke keraton. Dalam hatinya, Panji Wulung juga tidak mengingat ayahnya, Patih Sokadana. Dari sana Panji Wulung mengirim Janggala dan Janggali untuk menyampaikan surat dan memberitahu Patih Sokadana bahwa ia telah menjadi putra mahkota Cempa. Panji Wulung juga mengundang Patih Sokadana untuk berkunjung ke Cempa.

Termasuk di Sokadana. Patih Sokadana dan istrinya juga tidak ingat Panji Wulung. Majar diberitahu bahwa Panji Wulung telah menjadi putra mahkota. Secara kebetulan Jol Janggala dan Janggali membawa surat dan berbagai hadiah dari Panji Wulung. Hal membaca surat itu, Patih Sokadana, istrinya, dan Tunjungsari sangat berpikir. Janggala dan Janggali juga tidak segan-segan menceritakan situasi dan situasi Panji Wulung di Cempa.
Ketika Janggala dan Janggali ingin kembali ke Cempa, Patih Sokadana menulis surat untuk disampaikan kepada Panji Wulung. Dalam surat tersebut sang adipati menceritakan semua rahasia kehidupan Panji Wulung dan memberikan pelajaran agar Panji Wulung tidak sombong, mendatangi istrinya, dan mampu menahan nafsu makannya. Dikisahkan pula seorang putra pangeran bernama Panji Pamekas yang sangat terkenal dan dinobatkan sebagai putra mahkota oleh Raja Sokadana karena raja diharapkan tidak memiliki rundayan.

Butir-butir surat itu diangkat dan dibaca oleh Panji Wulung, sangat sepadan dengan gagasan putra mahkota Cempa itu. Panji Wulung mengangkat Panji Pamékas sebagai putra mahkota Sokadana untuk membalas budi kepada Patih Sokadana. Tidak lama setelah itu, Raja Cempa jatuh sakit parah. Raja menyampaikan wasiat bahwa Panji Wulung harus menggantikannya sebagai raja dan semua pengikutnya harus mengikuti. Sabada menyerahkan cincin kerajaan, raja meninggal, dan semua penduduk Cempa merasa sedih.

Panji Wulung mengirim surat kepada Patih Sokadana, memberitahukan kematian raja Cempa dan diangkat menjadi raja. Sangat senang Patih Sokadana menerima kabar tersebut, sebenarnya ia tidak ada niat untuk berkunjung ke negeri Cempa bersama istri dan Tunjungsari. Panji Wulung juga bukan soal senangnya mendengar rencana itu, Panji Wulung almond dan istrinya untuk menyambut persekutuan Sokadana.

Menghilang di Sokadana, raja tua itu ingin pensiun. Raja berbicara dengan adipati untuk sangat ingin menyerahkan kerajaan Sokadana kepada Pamekas. Raja juga menyatakan penyesalannya karena telah menghapuskan hukuman mati kepada Tunjungsari, istrinya. Tidak heran jika raja harus melihat ada seorang wanita di Sokadana yang ternyata taruhan yang mirip dengan Tunjungsari.

Oleh Patih Sokadana dijelaskan bahwa ia berbohong karena tidak ikhlas membunuh Tunjungsari. Dikisahkan pula bahwa mempelai wanita yang durhaka, hingga akhirnya timbul niat dalam benaknya untuk menghukum mempelai wanita. Tapi itu sangat dihalangi oleh penguasa.
Perhatikan bahwa raja yang marah dirasakan oleh pengantin wanita. Dia memutuskan mantra penyortiran untuk membuat raja kembali mencintai, tetapi semua tidak akan mati. Tidak lama kemudian, Raja bernama Nyi Tunjungsari sebagai tamu menggantikan ratu dari yang pertama, dan diberi gelar Sekarkencana. Akhirnya Raja Dewakéswari dan Sekarkancana hidup rukun dengan penuh suka cita.

Namun raja dan para tamu tidak segan-segan mengingat anaknya: Panji Wulung. Raja kemudian mengutus Patih Sokadana dan istrinya untuk mencari Panji Wulung di negeri Cempa. Katakanlah pangeran dan istrinya berlayar ke Cempa dan sanepina di Cempa disertai dengan suka cita dan kehormatan. Patih Sokadana menyampaikan surat dari raja yang bermaksud mengundang Panji Wulung ke Sokadana. Para undangan ditebar banyak oleh Panji Wulung.

Kocapk

eun Panji Wulung siap berangkat ke Sokadana bersama Patih Sokadana dan istrinya yang hendak pulang ke tanah air. Tak perlu bingung dalam perjalanan Panji Wulung menuju Sokadana dan diiringi dengan suka cita dan kehormatan oleh Pamekas. Sanepina ke keraton Panji Wulung bertemu dengan ibu bapaknya yang sangat berharap dalam suasana sedih. Selama Sokadana Panji
Wulung juga menyaksikan penyerahan kerajaan Sokadana kepada Pamekas yang menggantikan raja lama. Panji Pamitran yang masih pelan-pelan Nyi Tunjungsari mendapat kehormatan duduk sebagai adipati. Pesta itu diadakan sangat ramen untuk memperingati pengangkatan raja baru.

Panji Wulung membuat bingung Pamekas yang meraih gelar Dewabrata dalam masalah kewarganegaraan. Sokadana semakin tua. Raja tua yang telah meninggal kemudian membagi warisan. Hingga akhirnya Panji Wulung harus kembali ke Cempa. Setelah berdamai dengan ibu bapaknya saat berpisah berat, rombongan Panji Wulung kembali ke Cempa dengan menggunakan perahu.

Termasuk di Cempaka. Mendengar Raja Cempa sudah tidak ada lagi di negeri ini, Andakasura menggoda Patih Cempa untuk melawan raja yang sudah tidak ada lagi dengan alasan para perawat dan pengacara lain di Cempa akan digantikan oleh bondoroyot Panji Wulung dari Sokadana. Tapi sang duke tidak marah. Andakasura tidak habis-habisnya, barangnya ada istri adipati yang berkunjung ke rumahnya, tergoda lagi untuk membuat carogena memberontak ke Panji Wulung. Akhirnya Patih bukan burung kagoda dan cylon dan Andakasura melawan Panji Wulung. Hanya Martadiguna yang setia, dan putranya, Katibaya, yang bukan biluk. Keduanya dijebloskan ke penjara oleh Andakasura.
Pasukan Cempa bergegas ke Palabuan untuk menangkap Panji Wulung. Patih Cempa menyanjung dirinya sebagai Raja Cempa yang dijuluki Déwasaksi. Ari patihna, Sudirapati. Sedangkan Andakasura menjadi pemimpin panglima perang. Segera Jol mengirim surat bahwa Panji Wulung akan kembali.

Setelah sampai di pantai, rombongan kapal Panji Wulung diserang tembakan meriam. Rombongan itu sangat terkejut dan berbalik ke tengah laut. Segera datang Jayaperbangsa, melarikan diri dari Cempa dan memberi tahu Panji Wulung bahwa adipati telah memberontak. Diceritakan dari awal sampai akhir bagaimana hal itu terjadi. Ketika pasukan Panji Wulung hendak kembali menyerang, mereka datang membantu raja Gilingwesi. Perang der pecah di laut dan di pesisir pantai, hingga akhirnya pasukan Panji Wulung dibantu pasukan dari Gilingwesi berhasil menghancurkan barak di Cempa. Tapi penguasa bertengkar dan Andakasura lolos.

Ratu Cempa, Andayaningrat, sangat sedih mendengar hal itu terjadi. Ketika sampai di daratan, sang ratu marah dengan Cempa buatan tanpa syarat dan memberontak terhadap raja. Raja Gilingwesi juga tidak kalah marahnya. Sangat artifisial bahwa berpartisipasi dalam kerusuhan harus dihukum mati. Namun niat itu digagalkan oleh Panji Wulung, dan para suster buatan yang memberontak itu diampuni.

Rombongan Raja Panji Wulung kembali ke keraton, namun keadaan semakin memburuk. Semua diserang oleh Duke, kari emas berlian disembunyikan. Raja Gilingwesi tidak diperintahkan untuk kembali, tetapi ia tetap duluan di Cempa. Raja kemudian mengangkat penguasa baru, sebenarnya Urawan, untuk menggantikan penguasa pertama. Julukannya adalah Surengjurit.

Sabada sebulan di Cempa, Prabu Gilingwesi yang kini dipuja duduk sebagai Patih di Cempa amitan. Oleh Panji Wulung disantap terlebih dahulu oleh pesta, dan Prabu Gilingwesi menghadiahkan berbagai hadiah, sebagai imbalan atas jasa-jasanya.

Patih Cempa bertarung dengan Andakasura yang hidup menderita di hutan. Sang adipati merasa seseorang telah tergoda untuk melawan raja, dan memberikan bantuan kepada istrinya dan Andakasura. Tidak sehari pun mereka ditangkap oleh orang-orang yang lembur dan diturunkan ke istana. Adipati baru memerintahkan karaman untuk dihukum oleh Panji Wulung. Raja dan ratu memerintahkan agar penguasa baruntak dan Andakasura dibawa ke pengadilan.

Duke saya diberikan pertobatan, tetapi Andakasura dijatuhi hukuman mati. Andakasura menutupi wajahnya dengan kain putih, lalu digantung. Sejak saat itu, Nagri Cempa menjadi semakin spiritual.
Tugas 4
Jawab salah satu pertanyaan di bawah ini!

Cari dengan huruf tebal arti atau padanan kata yang ditulis dalam huruf tebal pada penggalan pidato di bawah ini!
1) Tangisan Nyi Tunjung Sari, oleh raja bukan di mana, telah menghentikan orang itu, tentu saja menolak dosa, dan lumbrah manusia, di mana pencuri mengaku, harus menolak dosa.
2) Menuruni gunung naik gunung, mendorong lembah ke pasir, melewati lumpur, sepetak badak dan sapi, jauh untuk datang panggang, datang redaman ke pantai.
3) Pahami ranting malang, sangat besar tentu tidak akan kaindit, memaksamu untuk mematuk berdiri, dahan lalu bahu, tidak lelah datang ke gudang, belum bergerak, tersenyum menenggelamkan Raden Panji.
4) Ki Jayapati ditendang, kamu juga nggak ya kaindit, kalau lihat kajungjung, kita semua bakti, mau ikutan ke mana dijugjug, berdiri baju Raden Panji, cabang kaindit pinggul.

Apa yang digunakan Ki Jayapati untuk menendang Panjiwulung

?

Apa alasan raja bertaruh membiarkan Nyi Tunjung Sari menangis?

Apa sumpah Ki Jayapati kepada Raden Panji dalam penggalan-penggalan?

Apa kesan yang jelas setelah membaca garis besar cerita?

Setelah membaca cerita dalam dua bentuk karya, mana yang lebih dimengerti, apa alasannya?
(b) N garobah Wawacan jadi Naskah Drama
Segera setelah contoh ini, penggalan cerita “Wawacan Sulanjana” berikut yang ditulis dalam standar kanonik diubah menjadi teks dalam bentuk drama.

Bentuk Pupuh (“Wawacan Sulanjana”)
SINOM
Perubahan diceritakan, Sang Prebu Siliwangi, dia sangat terkejut, oleh pengguna Nyi Nawangsih, ada dia terkejut juga, pare saranggeuy sudah pasti, perintahnya tidak mau habis, tidak sedikit sudana, setiap tahun sedikit harus ada yang menambahkan .

Begitulah Kapiatina, sekarang diblokir untuk diam, haying tahu Anda ingin melihat, pengguna Nyi Nawangsih, Sang Prebu kemudian pergi, seug kemudian pergi ke dapur, tetapi raja, hanteu jongjon agak gelisah, hanteu kaur balas berteriak.

Dari sana kemudian dibuka, semua terlihat, Raja hookeun tinggi, bernyanyi setelah dzikir, dan betapa mengejutkannya juga, meleleh di termos, Nawang Wulan lebih pintar, lebih banyak pengguna, hanya sekali berkat bangunan kabin.

Dari situ sang Raja menguap, begitu menyadari janjinya, langsung keluar, lalu duduk di kursi, ke cerita Nyi Nawangsih, dari toilet sudah kembali, lalu dicap ke pasangannya, sambil naik Nyi Nawangsih, Saat Aku kecuali rak tidak terangkat.

Sang Prebu seug menjawab, dari situ dia tidak pergi, dari situ Nyi Nawang Wulan, lalu ke dapur kosong, Nyai Mas Dewi Nawangsih, lalu dia buka uang jajan, sama-sama lalu bungkusan itu terlihat, tidak ada yang siap, tidak tunjangan seperti itu kembali.

Sekarang sudah terjadi, sim saya ucapkan terima kasih lagi rekan-rekan di pemerintahan, untuk buatan para menteri, buat nampan timah, memerah susu, halu reujeu lisung, makanya sekarang Nyi Puhaci Sangiang Sri, mau dirawat harus seug memukul pertama.

Dan dengan ditapian, Nyi Pohaci Sangiang Sri, Karena telah bercampur, mata pertama Tali Mendir, maka berpesan kepadaku, sekarang ke Raka Perebu, sekarang aku ingin kembali, ke rumahku sawargi, Sang Prebu dari sana lalu berkata.
Raka minta ampun, Nyai poma jangan kembali, Raka salah, minta maaf Nyai, dari situ ada Nyi Nawangsih, pakai aralus, tidak boleh cerai, Nyi Mas Dewi Nawangsih, diraksukan demang antakusumah.

Anting-anting tambah berjajar, Nyi Nawangsih pemakainya, sudah dilepas ke angkasa, juggling surga lagi, tanpa kata Nyi Nawangsih, lapor Sang Parébu, melalui keadaan lebih, oleh Nyai Dewi Nawangsih, lalu menangis di guling.

Selesai berkabung, Sang Parebu Siliwangi, melalui kesengsaraannya, berpegangan pada guguling, Sang Parébu Siliwangi, lalu menangis segrak-segruk, setelah disiram cisoca, Sang Prabu tidak ingat lagi, Zikir hanya kepada Dewi Nawang Wulan.

O Nyai Nawang Wulan keraton kini sepi, ikhlas kepada Kang Raka, O Nyi Dewi Nawangsih, kupastikan bumi tak kukhawatirkan, kini keraton kosong tak ada yang mengisi, bagaimana kabar Nyai, Nawang Wulan sungguh kabina-bina.

Rerumputan danau mudah di lapangan, perahu pertahanan adalah Nyai, penusuk besar adalah biji bulat, rak adalah bata bengkok, daun kabur, Nyai mengambang, padi membajak lebih jerami untuk bertemu.

Seperti halnya, tujuh hari tujuh malam, tidak tidur tidak makan, baru sadar orang ke Nyai, dari sudah sadar, bungkus merek ke Tuhan Yang Maha Esa, lalu minum, diceritakan bahwa, dari awal sampai akhir.

Pak Dewa pengganti, ke Perebu Siliwangi, orang sudah terbiasa, serang coba sendiri, kenapa ambil sabuk kembali, jangan pakai kepala, sekarang harus waktunya, lihat segera kembali, pak bertindak perintah Nawang Wulan.

Segera dari sana ia berangkat, kembali ke Perebu Siliwangi, selesai ke Nagri Pakuan, pemerintah telah menjadi, membuat nampan dan direktur pemerahan halu reujeu lisung, telah melakukan segala macam hal, tidak ada yang terjadi, betapapun lengkapnya sampai sekarang. .

Di negeri yang belum pernah kamu bicarakan, kata Yang Permaesti, berdoa kepada Dewa Anta, Anta kamu harus dulu, Nyi Pohaci Sangiang Sri, oleh kamu harus dibina. sudah malas di lapangan, yang di kecil jadi lagi, lampu yang terang harus anda isi.

Dan lihat lagi sekarang, namanya harus diubah, pasti nama Dewa Naga, pak pahlawan Nyi Puhaci, Naga Anta kemudian berbalik, balas Tuan Dewa, saya sudah bepergian, Wakil
Permaésti, Naga Anta dari sana keluar.

Numatak pare sekarang, jika seseorang yakin, baik kabina-bina pare lebih dari yang diperlukan, jadi sekali lagi bahwa di kecil, ada penyelesaian tertentu, diberkati kabina-bina, karena Naga Anta misti, jika ada di reujeu kecil di lapangan.

Itu sudah sangat pasti, diberkati lebih dari misti, poma – poma untuk semua, jika Anda ingin menghancurkan petani, di ladang di huma lagi, jika Anda menemukannya begitu, di huma reujeu di ladang, Naga itu sudah yakin, sepertinya sangat pare.

Tapi untuk Naga Anta, tampilannya pasti, sisit pendeknya lebih besar mengkilat, nggak salah lagi, seug dia pasti pusti.

, dan poma tidak mengaum, karena kebiasaan itu, tidak boleh dibawa kikir, berada di padang atau yang di padang pasir.

Bahkan paling tidak, Kalau kita sayang, tinggal di pare kita, dirawat harus tentu, tetap hangat lagi, kita ke Naga Yang pasti, minyak wangi dan kemenyan, seug pakai boeh sekali, dan kita harus banyak bersih-bersih.

Kalau harus tinggal, di medan ke yang dangkal, yang kita punya banyak, Jumat sekali. bawa minyak wangi dupa, malas minum standart, tidak worth it

Bentuk Drama (“Wawacan Sulanjana”)
Setelah penggalan teks bentuk tutur di atas diubah menjadi teks bentuk drama, contohnya seperti di bawah ini.
SATU HARI, RAJA SILIWANGI INGIN MENUTUP ASAP YANG DIPUNGUT NYI NAWANG WULAN AKAN DIBUKA. PENDERITAANNYA TIDAK BISA DIHENTIKAN LAGI, SEHINGGA RAJA KE DAPUR INGIN MEMBUKA ASAP UNTUK MEMBLOKIR NYI NAWANG WULAN DI AIR.
Raja Siliwangi: “Nasi yang disiapkan oleh Si Nyai mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Pakuan. Tapi kenapa pare itu belum habis, baik yang di sawah maupun yang di dangkal? Dan belum ada harapan harus menemukan Si Nyai paksa pare, hanya masuk ke dalam asap lalu menjadi. Yang membuat saya bertanya-tanya, mengapa asap saat pemberian makan pare tidak dibuka oleh siapa pun, termasuk saya? ”(Berbicara dalam hati sambil berjalan ke dapur)
Raja Siliwangi: (membuka tutup inhaler) “Mau buat sekali saja? Mengapa saya tidak bisa bekerja di Pakuan? Ups Nyai, dan bagaimana Anda memaksa diri Anda untuk berhenti dengan mematikan asap saja? (sangat mengejutkan)
RAS INGAT JANJINYA KEPADA NYI NAWANG WULAN
Raja Siliwangi: “Oh Nyai, teman saya telah berjanji untuk tidak berani membuka inhaler ketika saatnya untuk buang air kecil. Jika aku menepati janjiku, itu berarti aku menolakmu. Maaf Nyai! (tutup kembali tutup asap)
RAJA SILIWANGI KELUAR DARI DAPUR, GEK DUDUK DI KURSI TIDAK JAUH DARI PINTU DAPUR. HATINYA SENANG KARENA DIA ADA JANJI KEPADA NYI NAWANG WULAN. TIDAK LONG JOL NYI NAWANG BULAN KELUAR DARI AIR, KATAKAN RAJA.
Melihat Bulan “Kakak Prebu, saat aku di dalam air, Kakak tidak ke mana-mana?” (berpartisipasi duduk di sebelah Raja)
Raja Silwangi “Tidak Nyai, saya tidak akan duduk di sini. (menantikan “Melihat Bulan” Bukan ke dapur? Pan nyai kamu menyusui.”
Raja Siliwangi “Tidak nyai, malas pergi kemana-mana nanti ingat nyai buat nyangu.”
Nawang Wulan “Benarkah?”
Raja Siliwangi “Muhun Geulis”. (selalu melihat ke depan)
NYI NAWANG WULAN TIDAK MERASA HATI, KARENA KETIKA DIA BERTANYA PADA RAJA, DIA TIDAK MELIHATNYA. TERLIHAT ADA SESUATU YANG TERSEMBUNYI, KARENA RAJA TAMPAKNYA TERKEJUT. NYI NAWANG WULAN BERDIRI DARI KURSI, LALU BERJALAN KE DAPUR UNTUK MENCARI SANGU. BARANG DIBUKA, NYI NAWANG WULAN TERKEJUT KARENA SANGU TIDAK TERJADI.
Nawang Wulan “Duh Kakang Prebu, senyummu sungguh menjanjikan. Paré bukan tunjangan seperti target.” (terkejut lalu melangkah pergi sambil menangis)
DARI RAJA SILIWANGI.
Raja Siliwangi “Maaf Nyai, maaf saya berjanji. Rasa penasaran tidak bisa ditahan. Kasihan Nyai, maafkan aku!” (memeluk Nyi Nawang Wulan)
Nawang Wulan “Kak Prebu, karena saya akan menepati janji saya, saya tidak bisa melakukannya. Saya harus pergi ke Abyss lagi, karena Kakak telah melawan saya. ” (melepaskan dari genggaman raja)
Raja Siliwangi “Maaf Nyai, maafkan aku! Saya tidak akan ingin menepati janji saya, dan saya tidak akan melakukannya jika saya harus menghindari memancing! Maaf, cantik! ” (Melangkah dan menangis)
Nawang Wulan “Maaf berenang juga, yang mana! Tapi entah kenapa, waktu tidak bisa diputar ulang. Sekarang harus menerima. Sebelum saya pergi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk kemakmuran rakyat di masa depan.”
Raja Siliwangi “Silakan berenang.” (meneteskan air mata)
Nawang Wulan “Karena saya akan ke hutan belantara, pare itu harus ditutupi oleh halu di lisung. Setelah selesai, itu harus direndam dengan susu. Mendapatkan napian ditahan di sana terus-menerus saat diukir oleh sutradara. Masukkan inhaler terus-menerus sampai menjadi uang saku. Nasi yang dimasak terjebak di atas nampan. Itu instruksi saya. Amit mundur Amit mundur. Terima kasih Saudara Prebu. ” (malu sampai malu).
Raja Siliwangi “Maaf, nyai! Maaf! Penyesalan akan penyesalan! Saya tidak ingin lari lagi! Nyai, kamu sangat malu! maafkan aku, nyai!” (menangis sedalam-dalamnya sambil menatap Nyi Nawang Wulan yang berpendar bersama cahaya putih)
SETELAH NYI NAWANG WULAN NGAHIYANG, RAJA SILIWANGI MEMERINTAHKAN PEKERJA DAN MATERIAL DARI NYI NAWANG WULAN KE NYANGU.
Raja Siliwangi “Para menteri dan pengrajin! Saya ingin memberitahu mereka untuk membuat halu dan lisung untuk nutu pare, ngoreh persih, dan nampan untuk menelan nasi! Adalah tugas Nyi Nawang Wulan yang telah kembali ke alam belantara. Jika semua peralatan tidak terjadi, tunjangan juga tidak akan terjadi. Akibatnya, Pakuan akan kelaparan!”
Para Pendeta “Biarkan Raja Prebu Siliwangi.” (menghormati raja)
Buatan “Biarkan Raja Prebu Siliwangi. Kami akan ditahan.” (menghormati raja)
SEJAK NYI NAWANG WULAN NGAHIYANG, RAJA SILIWANG

AKU KONDISI TUJUH HARI TUJUH MALAM. JANGAN MAKAN, JANGAN MINUM, JANGAN TIDUR,. HANYA MENANGIS SAGRAK-SEGRUK DI KAMARNYA, INGAT NYI NAWANG WULAN
Raja Siliwangi “Duh nyai, maafkan aku! Aku akan merasa satu telah mengalir ke janji. Saya menyesal berenang, saya menyesal mendengarkan rasa ingin tahu saya. Mengapa nyai tega juga pergi, meninggalkan kerajaan, meninggalkan orang-orang Pakuan. Nyai, segera kembali nyai! Saya tidak akan harus melakukannya jika saya harus hidup satu hari lagi dan berenang. maafkan aku, nyai!” (menangis berulang-ulang)
SETELAH MENYADARI, RAJA SILIWANGI PERGI KE PADJADJARAN UNTUK MEMENUHI BATARA GURU. MAKSUD SAYA INGIN MEMINTA BANTUAN AGAR NYI NAWANG WULAN BISA KEMBALI KE BUMI.
Batara Guru “Kalau ada yang perlu ditolong, Prebu? Hawatos salira tidak ada harapan. Itu tidak bangun. ” (menuangkan air)
Raja Siliwangi “Kepada Tuhan Guru, saya merasa menyesal. Saya menjalankan janji kepada Nyi Nawang Wulan. Rasa penasaran memberanikan saya untuk membuka tutup asap yang telah diolesi Si Nyai. Karena menjalankan janji, itu berarti saya menolaknya. Jadi, Si Nyai mengembara ke hutan belantara. Saya tidak malas untuk bertindak, saya tidak malas untuk bertindak, saya tidak ditemani oleh Si Nyai.”
Batara Guru “Siapa yang bisa menerima Prebu! Penyesalan terakhirku. Tidak meninggalkan Nyi Nawang Wulan bukanlah hari yang wajib. Ké, ké, kalau Nyi Nawang Wulan ke belantara, bagaimana memaksa pare? (bingung)
Raja Siliwangi “Numawi Dewa Guru, sebelum bakar adalah pesan pertama Si Nyai kepada saya. Dia bilang dia harus membantu pare dengan halu dan lisung, seug ditapian dengan susu, ditarik oleh pemandu, dan dipegang di atas nampan. Sementara itu, saya menginstruksikan para perawat dan staf untuk membuat kit keperawatan yang dipesan oleh Si Nyai.”
Batara Guru “Alhamdulillah saya sudah diberi petunjuk dari Nyi Nawang Wulan. Sekarang saya bisa ikhlas dan sabar. Dari orang-orang saya memiliki kebiasaan ingin tahu apa yang tidak diketahui untuk sementara waktu dan tidak memikirkan apa konsekuensinya. Waktunya, sekarang saya langsung melihat ke paku, mungkin sudah menjadi alatnya!” (mengusap bahu raja)
Raja Siliwangi “Apakah ada jalan bagi Si Nyai untuk kembali ke Pakuan, Dewa Guru?” (penuh dengan harapan)
Batara Guru “Yang lain tidak mau, hanya tidak mau. Itu bisa diterima!”
RAJA SILIWANGI AKHIRNYA KEMBALI KE KUKU SETELAH DIBERITAHU OLEH BATARA GURU. DIA MEMBUNUH NYI NAWANG WULAN, KARENA KEJADIAN INI KARENA KESALAHANNYA. SAMPAI KUKU, PALING ALAT NAKING SUDAH ADA.
Para Pendeta “Selamat datang di Raja Prebu Siliwangi! (menghormati raja) Perlengkapan menyusui yang dipesan oleh RajaPrebu Siliwangi telah selesai. Malu beli pare. Ini adalah susu untuk nasi Ini adalah panduan untuk ketekunan. Dan ini adalah nampan tunjangan. ” (menunjukkan alat yang dibawa oleh pengrajin)
Raja Siliwangi “Alhamdulillah Ari sudah menjadi saya. Kemas sekarang dan segera cari siapa saja yang bisa beli, rebut, rebut dan rebut! Jika Anda telah menemukannya, jadikan mereka yang terakhir di kerajaan. Heug bagikan pare in leuit kepada seluruh masyarakat pakuan sina disangu! Sebelumnya, contoh pertama cara membuat alat dan praktik adopsinya! Sehingga dengan ini masyarakat Pakuan tidak akan kelaparan. Pakuan nagri nu ma’mur.”
Para Pendeta “Biarkan Raja Prebu Siliwangi. Kami siap melaksanakan perintah itu.” (menghormati raja)
DI NEGARA DI SURGA, PUTRI MEMERINTAHKAN ANTA DEWA UNTUK MELINDUNGI MANUSIA DI BUMI, BAIK YANG DI LAPANGAN ATAU YANG DI KECIL. OLEH KARENA ITU, SEGALA SESUATU DI BUMI AKAN SUBUR DAN BAIK SAAT PANEN.
Yang Pramaesti “Anta, saya ingin memberikan pekerjaan.” (duduk di depan Dewa Anta)
Dewa Anta “Tolong, Yang Mulia, sim saya siap tampil.” (menghormati Yang Pramésti)
Yang Pramaesti “Sekarang kamu harus turun ke bumi! Segera rawat pare, baik di sawah maupun di perairan dangkal! Penting, bahwa kuku juga harus ditegakkan! Karena Nyi Nawang Wulan telah kembali ke jurang maut.”
Dewi Anta “Tolong Yang Mulia, saya siap mengeksekusi!”
Yang Pramaesti “Satu lagi Anta, mulai sekarang namanya berubah menjadi Dewa Naga. Dewa Naga yang perkasa Nyi Pohaci ada di bumi. ” (berdiri dan menyeka kepala Dewa Naga)
Dewa Naga “Tolong Yang Mulia, saya siap mengeksekusi! Saya amitan Yang Pramésti.” (menghormati Yang Pramaesti, lalu turun ke bumi).
SEJAK ITU, NEGARA-NEGARA KUKU LAIN TERKENAL HANYA UNTUK FERTILITASNYA. TAPI ORANG JUGA BISA MENGOLAHNYA SEBAGAI SANGU UNTUK KEHIDUPAN SEHARI-HARI. PANEN, BANYAK DAN ARALUS, KARENA DIJAGA DEWA NAGA. NAGRI PAKUAN JADI NAGRI NU SUBUR MA’MUR.

error: Content is protected !!