KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA,  MATÉRI SAJAK BASA SUNDA

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA JENJANG SMA/SMK/MA/MAK

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)  
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.  
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)  
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif, dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan.  

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), pada pembelajaran kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut.

Kompetensi Dasar
3.8. Menganalisis isi, unsur, struktur dan aspek kebahasaan sajak.
4.8. Menampilkan sajak dengan cara membaca, mendeklamasikan atau dramatisasi.
Materi Pembelajaran
• Struktur Teks
-Teks sajak berisi kosa kata, dan idiom.
-Tema, nada, pilihan kata (diksi), rasa, amanat

• Unsur Kebahasaan
Istilah khusus terkait dengan idiom dan kosa kata, bahasa yang muncul pada teks sajak
Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, dan tanda baca.

• Topik
kekayaan bahasa Sunda. (idiom, kosa kata) dalam karangan sajak
Kegiatan Pembelajaran
-Membaca dan mengamati teks sajak yang mengandung berbagai macam kosa kata, dan idiom yang merupakan kekayaan bahasa Sunda.
-Menyimak dan menampilkan salah satu sajak dengan menggunakan berbagai macam media.
-Bertanya jawab tentang aspek kebahasaan yang terdapat dalam sajak.
-Menampilkan salah satu sajak dengan cara (membaca, deklamasi, musikalisasi, dramatisasi).
-Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

BUKU SUMBER:
BUKU RANCAGÉ DIAJAR BASA SUNDA
BUKU PANGGELAR BASA SUNDA
BUKU PAMEKAR DIAJAR BASA SUNDA
BUKU SIMPAY BASA SUNDA
MODUL PANGAJARAN BASA SUNDA
MODUL PPG BASA SUNDA

KUMPULAN MATÉRI SAJAK BASA SUNDA LENGKEP
https://bahasasunda.id/category/materi-pembelajaran/materi-sajak-sunda/

KUMPULAN CONTO MATÉRI SAJAK BASA SUNDA LENGKEP
https://bahasasunda.id/category/sajak/


KUMPULAN SOAL SAJAK BASA SUNDAA LENGKEP
https://bahasasunda.id/category/kumpulan-soal-basa-sunda/




Pengembangan Puisi
Puisi adalah bagian dari puisi. Dewasa ini istilah ‘puisi’ dalam bahasa saya sangat luas, berbeda dengan istilah ‘puisi’ dalam bahasa Indonesia yang selalu disamakan dengan puisi. Dalam bahasa Inggris, puisi adalah kumpulan karangan berupa retorika seperti sindiran, puisi, mantra, pantun, dan tambahan. Berbeda dengan prosa, esai sarwaning berbentuk fasih.
Puisi juga disusun dengan menggunakan aturan tertentu, seperti terdiri dari baris (padalisan) dan bait (pada), dan menekankan ritme dan kuno. Oleh karena itu puisi diklasifikasikan ke dalam bentuk puisi. Selain itu puisi selalu disebut puisi modern dalam sastra saya, karena kedatangan yang baru yang tak terhitung jumlahnya. Dibandingkan dengan puisi-puisi lainnya, puisi tersebut hanya disukai oleh masyarakat R saat kemerdekaan karena pengaruh Eropa. Sebelumnya saya lebih menyukai dangding atau guguritan yang digubah menggunakan standar kanonik.
Secara historis, yang pertama menulis puisi R dikatakan Kis Ws. (sandiasma Kiswa Wiriasasmita) pada tahun 1946, setahun setelah Indonesia merdeka. Puisi itu dimuat di surat kabar Sipatahoenan pada 1950-an. Sejak saat itulah banyak esai muncul sebagai puisi di surat kabar. Surat kabar yang selalu menerbitkan puisi antara lain Koran Sipatahoenan, Majalah R, Majalah Warga, Majalah Panghégar, dan Majalah Manglé.
Karena dianggap sebagai barang baru, muncul polemik panas tentang hak hidup puisi dalam karya sastra. Yang pro menganggap puisi adalah hak hidup, sedangkan yang kontra menganggap puisi adalah pengaruh asing yang harus dihindari. Dulu dianggap band yang tergabung dalam R adalah dangding, meski terkadang dangding juga tidak terpengaruh oleh Jawa. Tak gentar dengan polemik tersebut, para penulis muda masa itu, seperti Wahyu Wibisana, Surachman R.M., Yus Rusyana, dan Sajudi, terus menulis puisi hingga puisi-puisi tersebut menjadi populer dan hidup serta berkembang hingga hari ini.
Ini memiliki ribuan judul puisi yang ditulis dan diterbitkan di surat kabar dan majalah. Beragam gaya dan kreativitas pengarang bermunculan. Sajudi misalnya mengadopsi bentuk puisi dalam puisi-puisinya. Surachman R.M. mengutip puisi-puisi yang bergoyang penuh irama, Rahmat M. Sas Karana dalam puisi menunjukkan perhatiannya pada masalah sosial, dan Godi Suwarna menulis puisi yang bekerja dalam bentuk liris dan prosa, Warna puisi R yang berkembang lebih dari setengah abad dapat dibaca oleh kita dalam buku Sajak Sunda (2007) yang disusun oleh Ajip Rosidi.

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

Unsur Puisi
Abdullah Mustappa mengatakan dalam bukunya Wirahma Sajak (1985) bahwa puisi ada enam macam. Kelimanya selalu disebut Isim-STG. Singkatan dari Gambar, lambang atau lambang, musikalitas, suasana tema, dan gaya.
sebuah. Citra adalah gambaran yang dirasakan, didengar, atau dilihat dalam puisi. Dalam puisi “Priangan” misalnya, kesan yang kita rasakan adalah rasa cinta dan pujian terhadap lemahnya air itu sendiri.
B. Lambang atau lambang adalah kata-kata yang digunakan pengarang untuk mewakili atau menekankan maksud dari sebuah puisi. Misalnya, untuk melambangkan lemahnya air, penyair menggunakan kata-kata “memandikan matahari”, “melindungi bulan untuk berperang”, atau menggunakan istilah “jungjunan”. Kata-kata itu apan biasanya digunakan untuk orang atau anak-anak, tetapi oleh penyair saya menciptakan simbol untuk menyampaikan rasa cinta kepada yang lemah air.
C. Musikalitas adalah praktik pengarang agar puisi-puisi yang diciptakannya mengandung ritme. Oleh karena itu, puisi saya berbeda dengan prosa, selalu terasa goyah. Untuk menciptakan musikalitas, para penyair di antaranya menyusun kosa kata dan menciptakan arketipe. Atau membalik kata, disebut beberapa kali. Cermati kembali puisi “Menemukan” dalam bacaan di atas, susunan setiap baitnya, dan asal-usulnya terpelihara dengan baik. Karena itu lagi-lagi puisi banyak yang kemudian dijadikan lagu, atau kata istilahnya sekarang tidak dimusikalisasi.
D. Suasana adalah rasa atau emosi yang diciptakan pengarang dalam sebuah puisi. Dengan citra-citra yang diciptakan oleh penyair, dan didorong oleh simbol atau lambang, suasana sebuah puisi sangat terasa antebna. Baca segera puisi di bawah ini.

bodoh
Tatang Sumarsono

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

Bersujud dalam cahaya malam
ketidaktaatan kepada Tuhan
salah kaprah katuna diri
Makhluk laip itu bangun
Isinna, ya, bukan kinten
ingin merasa sangat
sering berbaring
Salira menghela nafas
saya turut berduka mendengarnya
dilarang melakukannya
Saya merasa lebih nyaman
Pertimbangkan individu
tindakan mendalam bergema
dosa setelah lautan
amal yang lebih baik untuk ditangkap
Tolong, oh, izinkan
terengah-engah penuh doa
Anugerah Tuhan diperlukan
Riung Kawung (Cibiru) 2005
(Dikutip dari majalah Cupumanik No. 26 Tahun III September 2005, halaman 42)
Kata-kata ‘tuna’, ‘laip’, ‘malu’, ‘dosa’, ‘sujud’, dan ‘merasa’ yang terdapat dalam puisi di atas sudah menciptakan suasana kesedihan dan penyesalan. Sedangkan kata ‘sujud’, ‘malam’, ‘berdoa’, ‘bernafas’ membuat suasana hening dan getir. Suasana itu diciptakan penyair untuk menantang tema puisi, yaitu soal perasaan terhadap dosa dan

ingin meminta pengampunan dari Tuhan.
e. Tema adalah pikiran atau gagasan utama yang menjadi pusat imajinasi pengarang. Tema-tema yang selalu ditemukan dalam puisi-puisi tersebut antara lain cinta (baik kepada pasangan, baik kepada alam, maupun kepada orang tua), sosial (penderitaan, ketidakadilan, korupsi), alam (keindahan, bencana), agama, dan lain-lain.
F. Gaya bahasa adalah gaya pengarang yang mandiri dalam mengolah bahasa untuk puisi. Misalnya, gaya bahasa Wahyu Wibisana berbeda dengan gaya bahasa Godi Suwarna. Puisi-puisi Wahyu Wibisana bergema seperti puisi-puisi Surachman R.M., sedangkan puisi-puisi Godi Suwarna seperti gogorowokan.

Lirik dan Epik

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

Dilihat dari cara penggambaran isi puisi dan cara pengarang mengungkapkan perasaan, puisi ada dua jenis. Ada yang disebut puisi liris, dan ada puisi epik.
Puisi liris adalah puisi yang mencerminkan perasaan penyair atau menyampaikan pikiran dan perasaan pribadi dan lebih subjektif. Dalam puisi liris penyair tidak berbicara atau menceritakan, tetapi menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan ketika menyusun puisi liris biasanya membangkitkan perasaan hati, kebingungan, atau pikiran. Puisi “Priangan” karya Rahmat M. Sas Karana dan puisi “Dunga” karya Tatang Sumarsono yang telah dijelaskan sebelumnya termasuk dalam jenis puisi liris.
Hari ini puisi epik saya menggambarkan sebuah cerita atau peristiwa. Pada masa itu, puisi epik adalah konten yang biasanya beredar tentang kisah-kisah kepahlawanan, apakah pahlawan itu terkait dengan legenda, kepercayaan, apakah itu terkait dengan sejarah. Namun sejenak saya tidak hanya berbicara tentang kepahlawanan. Yang penting, isi puisi itu berisi lakon atau cerita.
Langsung amati misalnya.
Tuan Cadas
Yus Rusyana

Ginggeung Nusa Jawa oleh pimpinan Mas Galak
Air terjun mengalir dari Anyer ke Banyuwangi
Saciduh harus keluar untuk menyeberang jalan banyak
Mengutip warna darah dari Anyer hingga Banyuwangi

Cerita Natrat miring di bebatuan
Inilah ksatria asing
Berikut adalah aturannya
Cerita ratatan pepaya diceritakan kembali
Kisah harum itu melekat di dada pria itu
Disini terjadi ada amarah luar biasa yang tertahan
Disini ketajaman linggis tergerus oleh kekerasan batu galih
Tingburinyayna ketit pedang kekuatan dan belati kebaikan
Kerutan Daendels menghantam gobang
Ayem Lord menghantam tanah
saya akan menonton
Jenderal Mureleng Singa Lapar
Kami adalah orang asing dalam pertumpahan darah di front benua
Kami sudah menghisap darah di Berezina
Saya tidak suka terjebak
Saya seorang gobang untuk membersihkan urat bedang
Ayem putra Geusan Ulun
Kaula Surianagara
Itu adalah perjalanan rasa congkar
Lebih baik mandi darah untuk merendam darah
Karya Manan yang tidak sesuai dengan kelembutan

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

Inilah dua kekuatan besi
Gobang dipanaskan dengan tangan
Dan belati dalam sampur sutra

Cerita Natrat miring di bebatuan
Inilah ksatria asing
Berikut adalah aturannya.

Tipografi Puisi
Salah satu ciri puisi sebagai bagian dari puisi adalah terdiri dari baris dan pada (syair), bukan urutan kalimat dalam sebuah paragraf. Kalimat-kalimat atau diksi puisi itu tersusun dalam baris-baris yang sangat tersusun, dan membentuk satu pada: Hanya orangnya, tidak seperti tubuh puisi yang biasanya bergaris dan bersesuaian dengan matok, seperti pada sindiran dan pantun, baris dan seterusnya dalam puisi saya tidak memiliki aturan. standar.
Kadang-kadang baris puisi itu panjang, tetapi kadang-kadang barisnya lebih pendek dan ditumis-tumis. Bahkan ada puisi yang hanya terdiri dari satu baris atau dua atau tiga kata yang padanannya. Ada kata pararanjang, ada juga kata pararondok. Ada yang ditata ke kiri, namun ada juga yang ditata simetris di tengah. Atau awalnya saya luruskan isian ke kiri, tapi di deretan lainnya dipercantik dengan indah hingga deretannya lurus ke samping.

Bentuk puisi waruga seperti itu selalu disebut tipografi puisi. Segera ilikan beberapa contoh.

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

Tukarkan Puisi Leu
Yus Rusyana
Pertukaran ini adalah puisi
Dengan selimut atau sedikit cokelat
Heug merangkum anak-anak yang tidak melarikan diri
Hiu merangkak di trotoar
Tukarkan puisi ini dengan nasi wuluh atau heucak
Heug sidkahkeun ka nu haropak
Itu tertutup di tempat penampungan atau di ruang bawah tanah jembatan
Pertukaran ini adalah puisi
Dengan beberapa biji peluru
Heug menembak ke auman koruptor manipulator
Sina enya kalojor
Pertukaran ini adalah puisi
Oleh beubeutian labu adalah rido
Pengeboran lambat
(Kalau tidak begitu sasaak)

Angin bertiup
Soni Farid Maulana
Bulan hanya terlihat dalam bayang-bayang
Grand Prix Godi Suwarna
Menendang gas sepanjang jalan ke mobil sport meraung untuk mengejar waktu dari awal api. Ah, tentu saja itu berarti jejak kaki, periksa hatimu kalau begitu. Jalan lurus, jalan menanjak, belokan kiri-kanan. Sedikit demi sedikit, bulan demi tahun berlalu. Dari setiap penyimpangan, mobil asing yang berpartisipasi dalam sirkuit hidup tidak ingin diganggu. “Aku tidak bisa mendapatkan kepuasan!” suara kaset menggelegar menembus langit, kesemutan dengan aroma musim dingin, Guntur meraung

KUMPULAN SAJAK BASA SUNDA

sa asap knalpot mobil meniup dunia. Anda harus menabrak orang asing alih-alih menabrak orang lain. Sang pencari, sang jumerit, mencambuk niat ingin cepat mempersiapkan diri untuk waktu yang belum terlihat kejatuhannya. “Boa a deuil turn” katamu saat setir terguncang. “Boa di belokan itu!” cek yang lain sambil hantern satu sama lain jam. Dalam satu musim: tiba Anda dan yang lain hampir bersama-sama ke garis finish; tepat di dalam makam kemudian menerima piala penanda batu!
Dalam puisi “Pertukaran Puisi Leu” yang terdiri dari empat on (byte), panjang baris terpendek tidak penting. Ada antrean pendek, ada antrean panjang. Segera bandingkan kalimat ‘tukar puisi ini yang hanya terdiri dari tiga kata, dan kalimat’ heug shoot dengan auman koruptor manipulator yang ditutupi oleh enam kata. Jadi sekali lagi jumlah baris. Ada empat baris ada tiga baris.
Sangat berbeda dengan puisi “Angin Berhembus”. Penulis tampaknya sangat efisien dalam memperluas kosa kata, karena isi puisi hanya tercakup oleh empat kata. Banyak puisi model ini, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Bahkan puisi yang ditulis oleh Soni Farid Maulana di atas masih tergolong panjang jika dibandingkan dengan puisi berjudul “Luka” yang ditulis oleh Sutardji Calzoum Bachri dan hanya dilakukan ‘ha ha’.
Slipnya lebih aneh. Puisi itu berjenjang, tetapi ditulis seperti esai prosa, seperti yang kita baca dalam puisi “Grand Prix” karya Godi Suwarna. Lain dalam puisi itu hanya tipografi puisi Godi yang aneh. Dalam buku kumpulan puisi Blues Kéré Lauk karya Godi Suwarna terbitan tahun 1992, semua isinya ditulis menggunakan tipografi seperti “Grand Prix”.

Cara Membaca Puisi
Cara kita mengekspresikan puisi dimungkinkan dalam berbagai cara. Ada yang membacakan teks, ada yang melafalkan atau mengaji, ada yang dimusikalisasikan (dijadikan lagu atau diiringi musik), ada juga yang didramatisasi (dijadikan pertunjukan drama). Semuanya juga membutuhkan perawatan dan ketekunan. Pada bagian ini saya membahas salah satunya yaitu membaca puisi, yang biasa kita lihat dalam perlombaan.
Tidak ada standar baku tentang bagaimana kita harus membaca puisi. Selain itu, ada juga yang membaca atau membacakan puisi. Ada yang kalem, ada juga yang kalem. Ada yang menggoyahkan orangnya, ada juga yang dibingungkan dengan hartanya. Tentu saja dia juga terpengaruh dengan isi puisi yang dibacakan.
Hanya saja, saat kita mengikuti lomba membaca puisi, kemeriahan penghargaan tersebut biasanya akan membangun setidaknya empat aspek. Keempat aspek tersebut adalah cara kita menjiwai isi puisi (apresiasi), cara kita mengucapkan kata dan lagu (artikulasi), cara kita mengatur naik turunnya bunyi (tempo atau ritme), dan cara kita menunjukkan perumpamaan atau gerakan tubuh (ekspresi) dan gerak tubuh). Keempat aspek tersebut merupakan suatu keharusan, agar cara kita membaca puisi bukanlah sesuatu yang dilihat, tetapi makna puisi juga menjadi lebih mudah dipahami. Artinya, ketika kita membaca puisi yang sedih itu berbeda dengan membaca puisi yang bersifat defensif spiritual, terserap dengan empat aspek yang tadinya thea.
Cara membaca puisi yang lebih baik sekarang banyak misalnya. Kita bisa mencari vidiona di youtube, yang merekam artis atau aktor membaca puisi. Di lingkungan sastra R, ada beberapa penyair atau aktor yang sangat kejojo ​​dalam membaca puisi. Diantaranya adalah Godi Suwarna, Iman Soleh, Rien Candraresmi, dan Ayi Kurnia Iskandar. Jika mereka membaca sebuah puisi, rasanya sangat menarik dan ekspresif.

error: Content is protected !!